Mengawali kegiatan tahun ini BP3AKB
Provinsi
Jawa Tengah selaku Sekretaris Pokja PUG menyelenggarakan Kegiatan ”
Rapat Koordinasi Pengarusutamaan gender (PUG) Tingkat
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2013 ”, pada Senin, 21 Januari 2013,
pukul 08.30 s.d 14.00 wib.bertempat di Aula Parahita Lt.3 BP3AKB
Provinsi Jawa Tengah, Jl. Pamularsih No 28
Semarang.
Ada beberapa hal yang bisa saya catat :
1. Laporan
Penyelenggara yang disampaikan oleh kabid PP, Dra. Ema Rachmawati, M.Hum,
dengan beberapa hal yang bisa saya catat sebagai berikut :
a.
Tujuan Rakor : mengevaluasi program PUG 2012; menyepakati
langkah-langkah rencana 2013; mengevaluasi program untuk pengembangan PPRG, PP
dan PA.
b.
Pada tahun 2012 baru 22 Kabupaten/Kota yang mengirimkan
laporan evaluasi penyelenggaraan PUG ke Kemen PPPA, dan 12 diantaranya telah
mendapatkan APE(anugerah Parahita Ekapraya) 2012 pada puncak PHI ke 84 tahun
2012 di Jakarta.
c.
Penyusunan RPJMD Jawa Tengah tahun 2013 telah selesai dan
telah memasukkan program PPPA.
d.
Peserta Rakor kali ini adalah 49 SKPD (termasuk 8 Biro)Provinsi
Jawa Tengah dan 70 orang dari 35 Kabupaten/Kota masing-masing diwakili 2 orang
(Bappeda dan PP)
2.
Pengarahan Kepala BP3AKB, Dra. Sri Kusuma Astuti, M.Si. :
a. Ucapan
selamat dan terima kasih kepada 12 kabupaten/kota yang telah menerima APE 2012,
semoga dapat diikuti oleh Kabupaten/Kota lainnya pada tahun ini.
b. Program
PPPA harus diupayakan agar tidak adanya lagi Diskriminasi Gender, mengurangi
kesenjangan gender untuk mencapai kesetaraan gender dan menjamin terpenuhinya
hak-hak anak di Jawa Tengah.
c. Jawa
Tengah telah berhasil menerima APE 8 kali berturut-turut, 2 kali APE Pratama
dan 6 kali APE Utama, karena seluruh SKPD di Jawa Tengah telah melaksanakan
PPRG.
d. Kini baru
15 kab/kota di Jateng yang telah melaksanakan PPRG, diharapkan mereka tidak
hanya sebagai pilot project di tahap perencanaan saja, namun harus dikawal juga
pada tahap pelaksanaan dan Monevnya.
e. Beberapa
permasalahan yang dihadapi Kab/kota dalam pelaksanaan PUG di antaranya adalah :
1)
Masih rendahnya komitmen SKPD
2)
Masih tingginya ketergantungan SKPD
3)
SDM pelaksana PUG yang masih perlu terus ditingkatkan
kapasitasnya
4)
Perspektif gender belum terinternalisasi ke dalam
programM pengganti belum siapdan harus banyak belajar
5)
Belum optimalnya penggunaan Data Pilah sebagai dasar
perencanaan dan penentuan kegiatan.
f.
Perlunya integrasi program PUG dengan memperhatikan
masalah-masalah sebagai berikut ;
1)
Masih tingginya AKI
2)
Meningkatnya penderita HIV/Aids , khususnya pada
perempuan dan anak karena suaminya melakukan hubungan dengan penjaja seks
komersial Odha. Ada 4.922 Odha di jateng dan 28%nya telah meninggal dunia.
3)
Perlindungan Perempuan
4)
Keterwakilan perempuan di lembaga legislatif
3. Materi
dari Bappeda Prov Jateng : ” Kinerja Pencapaian IPM dan IPG Prov Jateng”. Hasil
tahun 2011 baru diterima pada Januari 2013, Jateng mengalami peningkatan
capaian IPM, IPG dan IDG, namun
kinerjanya mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.
Capaian
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
JATENG
|
||||
IPM
|
71,60
|
72,10
|
72,49
|
72,77
|
IPG
|
64,66
|
65,03
|
65,79
|
66,45
|
IDG
|
59,76
|
59,96
|
67,96
|
68,99
|
KAB. PEKALONGAN
|
||||
IPM
|
70,31
|
70,83
|
71,40
|
71,86
|
IPG
|
55,89
|
56,49
|
57,60
|
58,20
|
IDG
|
54,00
|
54,27
|
55,20
|
56,81
|
4.
Komentar dari Dr. Indra Kertati mengenai menurunnya
kinerja PUG :
a. Implementasi
PPRG belum memberi kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan IPM, IPG dan
IDG
b. PPRG
jangan hanya menjadi ’pilot project’,
namun benar-benar diresapi sbagai upaya mengurangi kesenjangan gender di semua
aspek pembangunan. Upayakan jangan hanya 1 kegiatan pada 1 program, namun semua
kegiatan dalam satu program tersebut.
c. Salah
satu index komposit IDG adalah variabel anggota legislatif perempuan, maka
dalam 5 tahun tidak akan ada perubahan.
d. Salah
satu komposit penentu IPM dan IPG adalah ’Rata-Rata lama Sekolah, yang
nampaknya tidak ada pergerakan/susah sekali didongkrak karena di’ganduli’ oleh
penduduk usia 50 th ke atas yang tidak mungkin meningkatkan sekolahnya. Karena
perlu didongkrak dengan terobosan dan langkah-langkah progresif seperti dengan
sasaran siswa putus sekolah. Kalau dana yg besar hanya untuk penyediaan dan
rehabilitasi sarpras tidak akan berpengaruh pada IPM dan IPG.
e. Data
Pilah agar bisa ditampilkan per sektor pembangunan, dan perlunya Provinsi
memfasilitasi format pendataan data pilah yang dibutuhkan tersebut.
5.
Diskusi Kelompok :
a.
Materi Diskusi kelompok :
1)
Evaluasi Internal Pokja PUG Kab/kota
2)
Peran SKPD PP selaku Sekretaris Pokja
3)
Peran Bappeda selaku Ketua Pokja PUG
b.
Hasil Diskusi/ rekomendasi :
1)
Perlu diatur Mekanisme Kerja dan pengkoordinasian Pokja
PUG yang diketuai oleh Bappeda, dengan support materi dari sekretaris Pokja(Badan
PP)
2)
Rencana kerja PUG harus dituangkan dalam program kerja
pokja yang disepakati oleh seluruh anggota dengan memasukkan unsur : No.,
Kegiatan, Output, Peserta, Pengampu , bulan (Jan-Desember; minggu ke 1-5)
3)
Pengkoordinasian
dan fasilitasi serta Advokasi program perlu dioptimalkan dengan memperkuat
kapasitas dan aktifitas Tim Teknis PUG, dengan mengoptimalkan sumber daya dan
kegiatan yang ada di SKPD terkait.
4)
Implementasi strategi PUG dalam PPRG dengan melibatkan
seluruh SKPD, diupayakan tidak hanya terbatas pada tahap ’perencanaan’ namun
sampai dengan tahap ’pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan perumusan RTL.’
5)
Perlunya pengoptimalan peran Bappeda selaku ketua pokja,
dengan melibatkan dan koordinasi internal dan lintas sektoral seluruh bidang
yang ada di bappeda, tidak hanya bidang Sosbud.
6)
Pengoptimalan peran badan PP selaku Sekretaris dengan meningkatkan kerja sama
yang baik dengan Bappeda, menyediakan bahan rapat, bahan laporan dan
langkah-langkah yang progressif guna pengurangan kesenjangan gender.
7)
Perlunya upaya peningkatan jumlah fasilitator PPRG, baik
dengan TOT yang diselenggarakan oleh provinsi maupun replikasi mandiri yang
diselenggarakan kab/kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar