Dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-70 dan Hari Jadi Kabupaten Pekalongan yang ke 393, dilaksanakan berbagai macam kegiatan diantaranya adalah Festival Jajanan Rakyat. 285 desa se Kabupaten Pekalongan Ikuti Festival Jajanan Rakyat 2015. berbagai jajanan khas masyarakat kabupaten Pekalongan tersaji di acara tersebut.
Dalam festival jajanan pasar tahun ini Bupati Pekalongan yang didampingi Ibu Arini Antono Ketua Tim Penggerak PKK mengucapkan rasa terima kasihnya kepada panitia kegiatan ini.
beliau juga mengajak peserta dari seluruh wilayah desa untuk
mempertahankan jajanan atau kuliner khas daerah masing-masing.
menurutnya Hal tersebut sebagai usaha untuk memberikan kesempatan warga
masyarakat untuk berpartisipasi kepada negara melalui memamerkan potensi
kulinernya dalam rangka peringatan HUT RI dan Hari Jadi kabupaten
Pekalongan.
“ Kami menyampaikan terima kasih atas kebersamaan dan partisipasi
masyarat dalam menyengkuyung kepada kegiatan Negeri ini” tandasnya.
bupati menyarankan agar jajanan rakyat menjadi konsumsi rutin
Masyarakat kabupaten Pekalongan, “ Kalau jajan rakyat kita angkat
menjadi konsumsi rutin maka secara tidak langsung akan meningkatkan
perekonomian sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat’ tegasnya.
Lebih dari 285 jenis makanan ringan atau jajan tradisional dari 285
Desa di Kabupaten Pekalongan, beradu inovasi dan ciri khas dari berbahan
lokal desa masing-masing dalam Festival Jajanan Tradisional, di
sepanjang Jalan Mandurorejo, Kecamatan Kajen, Pekalongan, Kamis (20/8)
kemarin. Di antaranya, ada Lupis, Jenang, Gemblong, Bandos hingga Apem.
Bupati Pekalongan, Amat Antono yang meresmikan festival tersebut
menyatakan bahwa Pemkab Pekalongan mendorong masyarakat melestarikan
panganan lokal tersebut. “Festival Jajan Tradisional ini, kali pertama
diadakan di Kabupaten Pekalongan. Acara ini sangat bagus, ke depan akan
menjadi agenda rutin setiap tahun sekali,” tutur Bupati Antono.
Begitu selesai diresmikan, jajanan tradisional habis dalam waktu 30
menit, diserbu masyarakat sekitar yang mengunjungi Festival Jajanan
Tradisional tersebut. Bahkan beberapa tamu undangan seperti Ketua DPRD
Kabupaten Pekalongan, Hj Hindun, tidak sempat mencicipi jajanan
tradisional kesukaannya lantaran habis. Yakni, gemblong cetot, makanan
yang terbuat dari ketan dan ditaburi gula Jawa.
“Saya dari kecil hingga sekarang masih suka makanan gemblong cetot.
Bahkan, sekarang mencarinya sulit karena jarang sekali yang jual,” kata
Hj Hindun, usai mencicipi jajanan bubur candil dari Desa Dadirejo,
Kecamatan Wiradesa.
Lain halnya dengan Sugeng Lumintu,34, warga Desa/Kecamatan
Paninggaran, yang sengaja mendatangi Festival Jajanan Tradisional
tersebut, karena ingin mencicipi apem dari Desa Kesesi yang terkenal.
Menurutnya tidak semua jajanan tradisional bisa di jumpai di pasar
tradisional, karena peminat terus menurun.
“Saya sengaja ingin mencicipi kue Apem Kesesi. Apem tersebut tidak
ada di Desa Paninggaran, dan rasanya memang enak disamping bentuknya
yang besar,” ungkap Sugeng.
Farid Maulanan, Pengurus Kadin Bidang UMKM, menandaskan bahwa
langkanya jajanan tradisional di masyarkat, disamping semakin menurunnya
pembeli, juga karena naiknya harga beberapa bahan baku untuk membuat
jajanan tradisional tersebut naik. Padahal jajanan tradisional selama
ini identik dengan harga murah dan rasa yang enak. Sedangkan harga bahan
bakunya sudah tidak sebanding dengan harga jual. “Contoh sederhana,
jenang ketan kacang tanah, harga kacang tanah 1 kilogramnya sudah Rp 26
ribu, beras ketannya sudah Rp 14 ribu per kilonya. Jenang ketan kacang
tanahnya mau dijual berapa, beda dengan dulu yang semua bahannya masih
murah,” tandas Farid
Salah Satu Jajanan pasar yang menajdi idola adalah ongol-ongol galau.
Berbagai varian kudapan yang berkembang di masyarakat dengan berbahan
dasar dari beras, beras ketan, ketela pohon, ketela umbi hingga buah
labu mendominasi pameran jajanan ini seperti renginang beras hitam, kue
talam dari ketela kuning dll.
Makanan camilan yang disajikan adalah makanan yang ada di desa masing
– masing, yang memiliki kekhasan yang didaerah lain tidak memiliki.
Bahkan makanan tersebut potensial untuk dikembangkan karena memiliki
nilai ekonomi.
Salah satu jajanan pasar yang menarik pengunjung adalah Ongol – Ongol
Galau. Nama yang diberikan dari perasaan kurang pas dalam hati jika
sehari tidak makanan ini. Disamping sehat makanan lawas ini juga
memiliki rasa gurih manis dan mengenyangkan sehingga pantas untuk
digunakan pengganti makan pagi.
Albe (40) salah satu pengunjung yang gemar jajan ongol ongol
menuturkan“ Ongol ongol ini juga sangat cocok untuk mereka yang
menjalankan diet karena memiliki sifat mengenyangkan tahan lama”
tuturnya.
Sementara itu Ketua Panitia Drs. Ali Riza, MSi menyampaikan acara
festival jajanan pasar ini diselenggarakan Pemkab dalam rangka
memeriahkan Peringatan Hari Kemerdekaan Repubik Indonesia serta Hari
Jadi kabupaten Pekalongan. “Disamping itu kegiatan ini bertujuan untuk
menemukan dan mengenalkan jajanan rakyat yang hidup dan berkembang
dimasyarakat sehingga akan menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan pada
diri masyarakat Kabupaten Pekalongan” Ujarnya.
Ali Riza Menambahkan, adapun Peserta yang ikut berpartisipasi di
festival jajanan rakyat ini sebanyak 285 desa se Kabupaten Pekalongan,
setiap kontingen mengirimkan 2 hingga 3 jenis makanan sehingga festival
jajanan yang disajikan mencapai kurang lebih mencapai 600 an jenis
makanan. “ Oleh karena itu dengan melimpahnya jenis jajanan rakyat ini
maka pihaknya juga melakukan indentifikasi sebagai usaha untuk
pelestarian dan agar mudah mengenalkan kepada seluruh masyarakat “
terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar