Minggu, 23 Agustus 2015

FESTIVAL JAJANAN RAKYAT 2015

      Dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-70 dan Hari Jadi Kabupaten Pekalongan yang ke 393, dilaksanakan berbagai macam kegiatan diantaranya adalah Festival Jajanan  Rakyat. 285 desa se Kabupaten Pekalongan Ikuti Festival Jajanan Rakyat 2015. berbagai jajanan khas masyarakat kabupaten Pekalongan tersaji di acara tersebut.


Dalam festival jajanan pasar tahun ini Bupati Pekalongan yang didampingi Ibu Arini Antono Ketua Tim Penggerak PKK mengucapkan rasa terima kasihnya kepada panitia kegiatan ini.
beliau juga  mengajak peserta dari seluruh wilayah desa untuk mempertahankan jajanan atau kuliner khas daerah masing-masing. menurutnya Hal tersebut sebagai usaha untuk memberikan kesempatan warga masyarakat untuk berpartisipasi kepada negara melalui memamerkan potensi kulinernya dalam rangka peringatan HUT RI dan Hari Jadi kabupaten Pekalongan.
“ Kami menyampaikan terima kasih atas kebersamaan dan partisipasi masyarat dalam menyengkuyung kepada kegiatan Negeri ini” tandasnya.

bupati menyarankan agar jajanan rakyat menjadi konsumsi rutin Masyarakat kabupaten Pekalongan, “ Kalau jajan rakyat kita angkat menjadi konsumsi rutin maka secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat’ tegasnya.
Lebih dari 285 jenis makanan ringan atau jajan tradisional dari 285 Desa di Kabupaten Pekalongan, beradu inovasi dan ciri khas dari berbahan lokal desa masing-masing dalam Festival Jajanan Tradisional, di sepanjang Jalan Mandurorejo, Kecamatan Kajen, Pekalongan, Kamis (20/8) kemarin. Di antaranya, ada Lupis, Jenang, Gemblong, Bandos hingga Apem.

Bupati Pekalongan, Amat Antono yang meresmikan festival tersebut menyatakan bahwa Pemkab Pekalongan mendorong masyarakat melestarikan panganan lokal tersebut. “Festival Jajan Tradisional ini, kali pertama diadakan di Kabupaten Pekalongan. Acara ini sangat bagus, ke depan akan menjadi agenda rutin setiap tahun sekali,” tutur Bupati Antono.
Begitu selesai diresmikan, jajanan tradisional habis dalam waktu 30 menit, diserbu masyarakat sekitar yang mengunjungi Festival Jajanan Tradisional tersebut. Bahkan beberapa tamu undangan seperti Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan, Hj Hindun, tidak sempat mencicipi jajanan tradisional kesukaannya lantaran habis. Yakni, gemblong cetot, makanan yang terbuat dari ketan dan ditaburi gula Jawa.
“Saya dari kecil hingga sekarang masih suka makanan gemblong cetot. Bahkan, sekarang mencarinya sulit karena jarang sekali yang jual,” kata Hj Hindun, usai mencicipi jajanan bubur candil dari Desa Dadirejo, Kecamatan Wiradesa.

Lain halnya dengan Sugeng Lumintu,34, warga Desa/Kecamatan Paninggaran, yang sengaja mendatangi Festival Jajanan Tradisional tersebut, karena ingin mencicipi apem dari Desa Kesesi yang terkenal. Menurutnya tidak semua jajanan tradisional bisa di jumpai di pasar tradisional, karena peminat terus menurun.
“Saya sengaja ingin mencicipi kue Apem Kesesi. Apem tersebut tidak ada di Desa Paninggaran, dan rasanya memang enak disamping bentuknya yang besar,” ungkap Sugeng.
Farid Maulanan, Pengurus Kadin Bidang UMKM, menandaskan bahwa langkanya jajanan tradisional di masyarkat, disamping semakin menurunnya pembeli, juga karena naiknya harga beberapa bahan baku untuk membuat jajanan tradisional tersebut naik. Padahal jajanan tradisional selama ini identik dengan harga murah dan rasa yang enak. Sedangkan harga bahan bakunya sudah tidak sebanding dengan harga jual. “Contoh sederhana, jenang ketan kacang tanah, harga kacang tanah 1 kilogramnya sudah Rp 26 ribu, beras ketannya sudah Rp 14 ribu per kilonya. Jenang ketan kacang tanahnya mau dijual berapa, beda dengan dulu yang semua bahannya masih murah,” tandas Farid 
 Salah Satu Jajanan pasar yang menajdi idola adalah ongol-ongol galau. Berbagai varian kudapan yang berkembang di masyarakat dengan berbahan dasar dari beras, beras ketan, ketela pohon, ketela umbi hingga buah labu mendominasi pameran jajanan ini seperti renginang beras hitam, kue talam dari ketela kuning dll.
Makanan camilan yang disajikan adalah makanan yang ada di desa masing – masing, yang memiliki kekhasan yang didaerah lain tidak memiliki. Bahkan makanan tersebut potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi.
Salah satu jajanan pasar yang menarik pengunjung adalah Ongol – Ongol Galau. Nama yang diberikan dari perasaan kurang pas dalam hati jika sehari tidak makanan ini. Disamping sehat makanan lawas ini juga memiliki rasa gurih manis dan mengenyangkan sehingga pantas untuk digunakan pengganti makan pagi.
Albe (40)  salah satu pengunjung yang gemar jajan ongol ongol menuturkan“ Ongol ongol ini juga sangat cocok untuk mereka yang menjalankan diet karena memiliki sifat mengenyangkan tahan lama” tuturnya.
Sementara itu Ketua Panitia Drs. Ali Riza, MSi menyampaikan acara festival jajanan pasar ini diselenggarakan Pemkab dalam rangka memeriahkan Peringatan Hari Kemerdekaan Repubik Indonesia serta Hari Jadi kabupaten Pekalongan. “Disamping itu kegiatan ini bertujuan untuk menemukan dan mengenalkan jajanan rakyat yang hidup dan berkembang dimasyarakat sehingga akan menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan pada diri masyarakat Kabupaten Pekalongan” Ujarnya.
Ali Riza Menambahkan, adapun Peserta yang ikut berpartisipasi di festival jajanan rakyat ini sebanyak 285 desa se Kabupaten Pekalongan, setiap kontingen mengirimkan 2 hingga 3 jenis makanan sehingga festival jajanan yang disajikan mencapai kurang lebih mencapai 600 an jenis makanan. “ Oleh karena itu dengan melimpahnya jenis jajanan rakyat ini maka pihaknya juga melakukan indentifikasi sebagai usaha untuk pelestarian dan agar mudah mengenalkan kepada seluruh masyarakat “ terangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar